prinsip-prinsip manajemen
Tugas Individu azas-azas
manajemen
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN

OLEH :
NAMA : SARTINI RUSLI
NIM : E21113718
DOSEN : Drs. H. NURDIN NARA, M.Si.
PRODI
ADMINISTRASI NEGARA KONSENTRASI MANAJEMEN KEARSIPAN
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
2014
Prinsip-Prinsip
Manajemen
Menurut George R. Terry dan Leslie
W. Rue dalam Dasar-Dasar Manajemen (2003), manajemen adalah suatu
proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud
yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing”—pengelolaan—sedangkan
pelaksananya disebut manajer atau pengelolah.
Oleh karena itu, agar proses
manajemen berjalan sesuai dengan definisinya, dibutuhkan prinsip-prinsip dasar
yang harus dianut oleh para pelaku manajemen, bukan hanya manajernya saja.
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di
pertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang
berubah.
Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen
yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
1. Pembagian Kerja
Pembagian kerja dalam suatu badan
sangat diperlukan untuk membedakan seseorang dalam suatu perusahaan, apakah ia
pemimpin, pelaksana, staf dan lain sebagainya. Baik buruknya pembagian kerja
banyak menentukan berhasil guna dan berdaya guna.
Pembagian kerja harus disesuaikan
dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh
karena itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right
place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas
dasar like and dislike.
Hampir di setiap perusahaan terdapat
tiga dasar kegiatan, yakni; memproduksi, menjual, dan membiayai. Walaupun
kadang-kadang identitas seperti tidak jelas, tetap ada karena fungsinya memang
penting bagi operasi dan kelangsungan hidup perusahaan. Fungsi-fungsi tersebut
dapat dijadikan berbagai bagian dari perusahaan. Pemanfaatannya terutama sekali
tergantung sifat dan jumlah pekerjaannya, tersedianya orang-orang ang
mengerjakannya dan spesialisasi tugasnya.
Ricky W. Griffin dalam Manajemen (2002)
pembagian kerja atau pengelompokkan pekerjaan (departementalisasi) bisa dibagi
menjadi beberapa bagian, yakni:
Ø Departementalisasi Fungsional, mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan
yang melibatkan aktivitas yang sama atau serupa. Kata fungsi di sini
berarti fungsi organisasional seperti fungsi keuangan dan produksi bukan fungsi
manajerial dasar seperti perencanaan atau pengendalian.
Ø Departementalisasi Produk. Kelebihan jenis ini adalah: 1) Semua
aktivitas dihubungkan dengan satu produk atau kelompok produk sehingga
dapat secara mudah diintegrasikan dan dikoordinasikan; 2) Kecepatan dan
keefektifan pengambilan keputusan pun meningkat; 3) Kinerja produk individual
atau kelompok produk dapat diukur dengan lebih mudah dan lebih objektif,
sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas departemen sebagai hasil dari
aktivitas mereka. Kelemahannya, manajer tiap departemen mungkin berfokus pada
produk atau kelompok produk mereka sendiri sehingga bagian lain dari organisasi
terabaikan.
Ø Departementalisasi Pelanggan, organisasi mengelompokkan
aktivitasnya untuk merespon dan berinteraksi dengan konsumen atau kelompok
konsumen tertentu. Keuntungan dasar pada pendekatan ini adalah organisasi dapat
menggunakan tenaga spesialis yang terampil untuk menangani konsumen atau
kelompok konsumen yang unik.
Ø Departementalisasi Lokasi, mengelompokkan pekerjaan atas dasar
lokasi atau daerah geografis tertentu. Keuntungannya adalah memudahkan
organisasi untuk merespons konsumen yang unik dan karakteristik lingkungan di berbagai
wilayah. Sisi negatifnya adalah staf admisnistrasinya yang lebih besar mungkin
diperlukan jika organisasi harus menelusuri unit-unitnya yang berada di
lokasi yang terpencar.
Hampir sama dengan Ricky W.Griffin, George
R. Terry dalam Prinsip-Prinsip Manajemen menyebutkan bahwa tugas
atau pekerjaan dapat dibagi menjadi fungsi, tugas operasi, wilayah,
langganan, proses, tim tugas, dan matriks
Ø Proses, ditentukan oleh fasilitas-fasilitas
teknis dan bersifat logis; biasanya diterapkan di tingkat operasional.
Ø Tim Tugas, suatu proyek khusus atau blok
pekerjaan yang ditugaskan kepada kelompo kerja yang bekerja sebagai unit yang
mampu bekerja sendiri karena mempunyai keahlian untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut. Pelaksanaan kerja seperti itu bersifat kebalikan dari pembagian tugas
pada umumnya dan agak terpisah dari unit-unit organisasi, terkadang disebut
juga pengoranisasian proyek.
Ø Matriks, pembagian kerja yang menganut
pengawasan ganda; misalnya satu atas dasar teknis dan satu lagi atas dasar
manajer
Faktor-faktor yang penting dalam
mengadakan pembagian pekerjaan adalah: 1) Membantu koordinasi; 2) Memperlancar
pengawasan; 3) Memanfaatkan spesialisai; 4) Menghemat biaya; 5) Menekankan pada
hubungan antar-manusia.
Dengan adanya prinsip orang yang
tepat di tempat yang tepat (the right man in the right place) akan
memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran, dan keefektifan kerja. Pembagian kerja yang baik
merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. Kecerobohan dalam pembagian kerja
akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam
penyelenggaraan pekerjaan. Oleh karena itu, seorang manajer yang berpengalaman
akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik
tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.
2. Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority
and responsibility)
Setiap pejabat/pimpinan dalam suatu
badan tertentu harus mempunyai kekuasaan dan tanggung jawab. Kekuasaan,
wewenang (authority) adalah hak untuk mengambil keputusan sehubungan tugas dan
tanggung jawab atas pekerjaan yang dikerjakannya.
Menurut George R. Terry dalam
Prinsip-Prinsip Manajemen disebutkan bahwa untuk melengkapi sebuah
organisasi, unit-unit pegawai digabungkan bersama melalui suatu wewenang yang
menetapkan hubungan antara unit-unit tersebut. Hubungan seperti itu perlu
ditetapkan karena hanya apabila hubungan tersebut dipahami benar-benar oleh
tiap-tiap unit maka mereka dapat berfungsi sebagai komponen.
Seseorang diperlukan untuk mengarahkan
kegiatan setiap unit menuju sasaran-sasaran organisasi. Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan
setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung
jawab harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan
pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil
wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.
Pendelegasian wewenang merupakan
suatu faktor yang vital di dalam manajemen, karena: (a) menetapkan hubungan
organisatoris formal di antara anggota-anggota badan usaha; (b) memberikan
kekuasaan manajerial, yakni member “senjata” keadaannya “memaksa”; dan (c)
mengembangkan bawahan dengan cara member izin kepada mereka untuk mengambil
keputusan dan menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dari program-program
latihan dan pertemuan-pertemuan.
Suatu pendelegasian bukan merupakan
gejala alamiah bagi kebanyakan orang. Ada beberapa manajer yang suka melakukan
dominasi; mereka berkeinginan untuk mempengaruhi orang lain, ingin ikut serta
di dalam setiap keputusan dan menjadi “sutradara”. Seringkali seorang manajer
mungkin merasa bahwa tidak ada orang lain yang dapat melakukan suatu pekerjaan
seperti dirinya sendiri; oleh karena itu dia sendirilah yang harus
melaksanakannya. Atau, mungkin dia sendiri yang ingin mencapai suatu prestasi
yang “istimewa” dan diakui keberhasilan yang “super” itu.
Tanggung jawab terbesar terletak
pada manajer puncak. Kegagalan suatu usaha bukan terletak pada karyawan, tetapi
terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai wewenang terbesar adalah
manajer puncak. Oleh karena itu, apabila manajer puncak tidak mempunyai
keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang yang ada padanya merupakan bumerang.
Ada batas-batas tertentu pada suatu
wewenang. Misalnya, sudah menjadi suatu hal yang umum bahwa beberapa anggota
manajemen tingkat atas harus mengetahui suatu keputusan atau dasar dari suatu
keputusan yang belum dilaksanakan. Wewenang yang digunakan harus sesuai dengan
tujuan utama dan kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan.
3. Disipline (Disicpline)
Disiplin merupakan sesuatu yang menjadi dasar bagi kekuatan
suatu badan atau perusahaan. Setiap pihak yang terlibat dalam suatu badan harus
ada kedisiplinan untuk melakukan suatu pekerjaan, menaati peraturan yang dibuat
oleh badan tersebut. Pimpinan harus dapat memberi teladan kepada bawahan dengan
jalan memenuhi peraturan dan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila
wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh
karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap disrinya
sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan
weweanng yang ada padanya.
4. Kesatuan Perintah (Unity Of Command)
Untuk memperlancar pencapaian tujuan, perlu adanya kesatuan
perintah dari atasan kepada bawahan atau seorang pegawai menerima perintah dari
seorang atasannya.
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan
prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan
baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui dengan
wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari manajer lain kepada
serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab serta
pembagian kerja.
Menurut George R. Terry dalam Prinsip-Prinsip
Manajemen, perintah-perintah dapat berupa: a) lisan, atau b) tulisan;
tergantung dari: a) tingkat kepercayaan antara pemberi perintah dan
penerimanya, b) hubungan tatap muka dalam organisasi dan c) keperluan akan
dokumen untuk referensi di masa yang akan datang.
Pada beberapa perusahaan, perintah-perintah lisan yang
berurusan dengan subjek-subjek penting , diulang kembali oleh penerima perintah
untuk meyakinkan kelengkapan dan ketepatannya. Demikian pula perintah-perintah
lisan dapat dikonfirmasikan secara tertulis apabila penyampaiannya harus
diverifikasi dan menjadi dokumentasi.
Sekali
perintah telah dikeluarkan, maka pemberi perintah harus melihat apakah perintah
tersebut dilaksanakan atau diabaikan. Cara-cara seperti itu menunjukkan
manajemen yang baik. Adalah sangat bijaksana untuk memperkenankan adanya
variasi dalam memelihara dan melengkapi perintah-perintah tersebut.
5. Kesatuan Pengarahan (Unity Of Direction)
Dengan
prinsip kesatuan arah dimaksudkan seorang kepala dan pegawainya tidak boleh
bertentangan antara satu sama lain dalam mencapai suatu tujuan secara
keseluruhan.
Pengarahan
merupakan suatu kegiatan untuk mengintegrasikan usaha-usaha anggota-anggota
dari suatu kelompok, sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat terpenuhi
tujuan-tujuan pribadi dan kelompoknya. Semua usaha kelompok menghendaki
pengarahan apabila ingin secara sukses mencapai tujuan akhir kelompok tersebut.
Pengarahan
yang baik bukanlah suatu bentuk kediktatoran. Para pekerja mengharapkan dapat
diberikan informasi-informasi yang diperlukan mengenai jumlah, kualitas, dan
batas waktu yang diperkenankan untuk pekerjaan tersebut.
Apabila
mengarahkan suatu tugas yang baru, maka manajer harus member arah secara penuh.
Partisipasi para pegawai, komunikasi yang memadai, dan kepemimpinan yang kuat
merupakan dasar-dasar untuk mengarahkan. (Prinsip-Prinsip Manaejemen, George
R. Terry)
Dalam
melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju
sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja. Kesatuan
pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja
bisa saja terjadi adanya dua perintah sehingga menimbulkan arah yang
berlawanan.
Oleh
karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk
pmelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan
tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan
(unity of directiion) tidak dapat terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan
tanggung jawab, disiplin, serta kesatuan perintah.
6. Mengutamakan Kepentingan Organisasi
daripada Kepentingan Individu
Umum ( Subordinate of Individual Interest to General
Interest) Prinsip ini dimaksudkan bahwa kepentingan umum atau perusahaan secara
keseluruhan harus berada di atas kepentingan pribadi.
Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada
kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat
penting agar setiap kegiatan berjalan dengan loancar sehingga tujuan dapat
tercapai dengan baik.
Setiap
karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi
apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung
kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan
pribadi kepada kepentingan orgabisasi dapat terwujud, apanila setiap karyawan
merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.
7. Pembayaran Upah yang Adil (Remuneration of Personal)
Dalam
pemberian upah kepada pegawai harus adil atau tidak berat sebelah, ada
dasar-dasar objektif dalam menetapkan upah masing-masing pegawai.
Salah
satu bidang etika manajerial yang penting adalah perlakuan karyawan oleh
organisasi mereka. Bidang ini termasuk hal-hal seperti memperkerjakan dan
memeca orang, upah dan kondisi kerja, dan kebebasan pribadi dan rasa hormat.
Menurut
Ricky W. Griffin dalam Manajemen, upah dan kondisi kerja,
walaupun diatur dengan ketat, juga merupakan bidang yang memungkinkan timbulnya
kontroversi. Sebagai contoh, fakta bahwa seorang manajer membayar karyawan
lebih sedikit daripada yang layak diterimanya, karena manajer tahu bahwa
karyawan tersebutm tidak mungkin keluar atau tidak mau mengambil risiko
kehilangan pekerjaannya jika protes, mungkin dianggap tidak etis. Sebagian
besar pengamat juga akan setuju bahwa organisasi diwajibkan melindungi
kebebasan pribadi karyawannya.
Gaji atau upah bagi karyawan merupakan
kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang
diliputi perasaan cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas
dan kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja.
Oleh karena itu, dalam prinsip penggajian haris dipikirkan bagaimana agar
karyawan dapat bekerja dengan tenang. Sistem penggajian harus diperhitungkan
agar menimbuulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja sehingga karyawan
berkompetisi untuk membuat prestasi yang lebih besar. Prinsip more pay for
more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama
untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan
menimbulkan kelesuan dalam bekerja dan mungkin akan menimbulkan tindakan tidak
disiplin.
8. Pemusatan (Centralization)
Suatu wewenang dapat dipusatkan dan dapat didelegasikan
kepada pejabat-pejabat tertentu untuk memperlancar jalannya suatu perusahaan.
George R. Terry menyebutkan sentralisasi dan
desentralisasi wewenang merupakan bagian-bagian yang penting dari suatu
wewenang. Sentralisasi mengandung arti sebagai suatu pemusatan wewenang;
sedangkan desentralisasi berarti membagi wewenang tersebut. Kedua bentuk
tersebut memunyai hubungan dengan pendelegasian wewenang, karena yang
dipersoalkan adalah berapa banyak wewenang yang didelegasikan kepada bawahan.
Sentralisasi wewenang mendapat dukungan luas karena: (a)
dapat menghindari fungsi-fungsi yang bersifat ganda; (b) menyeragamkan
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan mnedukung praktik kerja; (c) memperoleh wibawa
para manajer dan dapat mengembangkan tugas-tugas mereka secara penuh; dan (d)
pembagian tugas menurut keahlian masing-masing dapat dimaksimalkan, terutama
karena ruang lingkup dan volume pekerjaan yang diproses.
Sebaliknya, desentralisasi wewenng lebih dekat berhubungan
dengan hal-hal sebagai berikut (a) mendorong efektivitas hubungan antarmanusia;
(b) terdapat kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan dan mengelola; (c)
meningkatkan kerjasama dan membina bagian-bagian dari organisasi; (d)
menyebarkan risiko-risiko kerugian personal dan fasilitas-fasilitas.
Pemusatan
wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan.
Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang tertinggi
atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan
wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiurang wewenang dan tanggung
jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang
(delegation of authority).
9. Rantai Skalar atau Scalar Chain
(Line of Authority)
Dengan prinsip ini dimaksudkan bahwa garis wewenang dalam
suatu organisasi haruslah jelas.Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan
bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan
menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada
manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini,
maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab
dan dari siapa ia mendapat perintah.
a. Pemilik
Pemilik
dari suatu bisnis, tentu saja, adalah orang-orang yang memiliki hak milik hukum
terhadap bisnis tersebut. Pemilik dapat merupakan seorang yang mendirikan dan
menjalankan suatu bisnis kecil, partner yang secara bersama-sama memiliki
bisnis, investor individu yang membeli saham dalam suatu perusahaan, atau
organisasi lain.
b. Dewan Direksi
Dewan direksi perusahaan dipilih
oleh para pemegang saham dan bertanggung jawab untuk mengawasi manajemen
perusahaan secara umum, untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan dengan
cara yang paling memuaskan kepentingan para pemegang saham. Beberapa dewan
direksi bersifat pasif. Mereka berfungsi sebagai pengawas umum umum tapi jarang
terlibat secara aktif dalam menjalankan perusahaan. meneliti perusahaan yang
mereka awasi dan lebih banyak mempengaruhi pengolahan perusahaan.
c. Karyawan
Karyawan (employees)
organisasi merupakan elemen utama dari lingkungan internal. Yang menjadi
perhatian khusus manajer pada saat ini adalah sifat angkatan kerja yang berubah
karena gender, etnis, umur, dan dimensi lainnya dari karyawan menjadi lebih
beraneka ragam.
Karyawan juga meminta lebih banyak
kepemilikan pekerjaan –sebagian kepemilikan atas perusahaan atau setidaknya
lebih banyak kebebasan bagi mereka dalam cara melakukan pekerjaan mereka.
Tren lain yang terjadi di banyak
perusahaan adalah meningkatnya ketergantungan terhadap pekerja temporer-
individu yang dipekerjakan untuk periode waktu yang singkat tanpa kemungkinan
untuk menjadi karyawan tetap.
10. Tata Tertib (Order)
Dalam melakukan suatu usaha harus ada ketertiban baik secara
material maupun orang-orang, sehingga ada aturan yang harus dijalankan.
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat
utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan
dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai
disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat
dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
11. Keadilan (Equity)
Agar setiap bawahan setia kepada atasannya, maka
masingmasing atasan harus mempraktikkan keadilan yakni memberikan kepada setiap
orang apa yang menjadi haknya.
Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu
syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran
terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat
dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena
atasan memiliki wewenang yang paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan
menggunakan wewenangnya dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan
kejujuran pada bawahannya.
12. Stabilitas Pegawai (Stability of Tenure of Personal)
Keberadaan pegawai harus dijaga kestabilannya, jangan
terlalu sering pergantian pegawai, baik karena pemindahan atau pemecatan.
Ketidakstabilan pegawai akan menimbulkan pertambahan biaya, baik merekrut,
melatih dan juga untuk pengawasan.
Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga
sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan
karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban
dalam kegiatan.
Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan
pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran
yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja.
13. Inisiatif (Initiative)
Setiap orang atau pegawai diberi kesempatan untuk
mengungkapkan atau menjalankan inisiatif, baik mengenai cara kerja, prosedur
kerja atau menjalankan rencana baru dalam pekerjaannya.
Prakarsa
atau inisiatif timbul dari dalam diri
seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk
mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan
sebaik-beiknya. Jadi dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran,
keahlian dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang
dari karyawan harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai
orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan
terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah
kerja. Oleh karena itu, seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang
hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
14. Jiwa Kesatuan (Esprits de Corps)
Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa
senasib sepenanggyungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik.
semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa
setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan
oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat
kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan
cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam
korp) dan membawa bencana.Pada diri setiap pegawai atau manajer perlu
ditanamkan jiwa kesatuan atau kesetiaan pada kelompok, sehingga dapat bekerja
sama pada sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama.
Selain yang dikemukakan Fayol, juga Hodges mengemukakan ada 22 prinsip
manajemen, yaitu:
1. Kesatuan perintah,
2. Rentangan pengawasan,
3. Keseragaman
4. Pendelegasian,
5. Perencanaan,
6. Penyusunan kebijakan,
7. Kepemimpinan,
8. Fungsi staff,
9. Keseimbangan/keselarasan,
10. Koordinasi
11. Tanggung-jawab dan
wewenang,
12. Keputusan,
13. Standardisasi
14. Pengawasan,
15. Keluwesan,
16. Fakta,
17. Hubungan anta
manusia,
18. Spesialisasi,
19. Penyederhanaan,
20. Produktivitas
individu,
21. Tugas dan
penyelesaiannya
22. Insentif.
Dari 22 prinsip
manajemen yang dikemukakan oleh Hodges tidak semuanya dijelaskan berikut ini,
karena sudah dikemukakan pada Prinsip Fayol terdahulu. Yang dijelaskan adalah:
Prinsip rentangan pengawasan adalah jumlah bawahan yang dapat diatasi secara langsung
oleh atasannya, secara efektif. Dalam menyusun organisasi sebaiknya untuk top
manajer hanya memiliki bawahan langsung sejumlah empat sampai delapan saja.
Jika lebih dari itu pengawasan menjadi tidak effektif lagi dan akan meugikan
organisasi itu sendiri.
Prinsip keseragaman. Dalam menyusun bagian sub bagian organisasi (departemenisasi)
dengan memperhatikan aktivitas yang
seragam dikelompokkan kedalam satu satuan kerja yang mewadahinya. Sebagai
contoh segala aktivitas yang menyangkut keuangan ditampung dalam satuan kerja
bidang keuangan atau departemen keuangan. Apabila ada bidang tugas yang tidak
seragam ditampung dalam satu departemen, hasilnya akan kurang dan bahkan dapat
mengakibatkan kekacauan dan kegagalan organisasi itu. Katakanlah kegiatan
keuangan dicampur dengan kegiatan produksi dan dilaksanakan dibawah departemen
keuangan, maka hal ini tidak melaksanakan prinsip keseragaman tadi dan yakinlah
bahwa akan membingungkan pelaksanaannya.
Prinsip pendelegasian, Mengingat kemampuan manusia serba keterbatasan dan semakin
kompleks organisasi menuntut beban kerja yang semakin banyak dan mungkin
tuntutan kerjanya akan bersamaan. Demikian keadaan yang dihadapi oleh seorang
manajer sehingga dengan prinsip pendelegasian, maka sebagian tugasnya perlu
diserahkan kepada bawahan siapa yang dipercayakannya. Apabila tidak, akan
terjadi tumpukan dan keterbengkalaian tugas serta kelelahan manajer yang
mengakibatkan faktor penyebab kegagalannya.
Prinsip perencanaan. Hanyalah dengan perencanaan yang mengakibatkan ketertiban dan
kelancaran kerja yang lebih terarah akan memberi jaminan hasil yang lebih
mekuaskan. Tanpa perencanaan atau tiba masa tiba akal akan mengundang
kekosongan kerja. Oleh karena itu, setiap usaha mencapai tujuan hendaknya
melaksanakan prinsip ini, yaitu menyusun rencana kerja sebelum kegiatan
tersebut dilaksanakan. Penyusunan rencana hendaknya memperhatikan proses
rencana, yaitu menentukan masalahnya, mengumpulkan data/fakta yang relevan
dengan masalahnya, menganalisa, menemukan alternatif dan memilih alternatif
yang paling menguntungkan untuk ditentukan sebagai rencana.
Prinsip penyusunan kebijakan. Di dalam pelaksanaan kegiatan, diperlukan kebijakan sebagai
pedoman kerja umum dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Oleh karena itu,
setiap kegiatan usaha mencapai tujuan harus menyusun kebijakan yang diperlukan
sebagai pedoman umum.
Prinsip
kepemimpinan. Manajemen adalah
usaha untuk mencapai tujuan dengan bantuan orang lain. Jadi di sini akan
terdapat lebih dari satu orang. Agar kegiatan masing-masing orang terkoordinir
dan terarah maka harus ada yang memimpinnya. Oleh karena itu dalam setiap usaha
mencapai tujuan harus ditunjuk seorang atau lebih untukbertindak selaku
manajernya
Prinsip fungsi staf. Dalam suatu organisasi, tujuan yang akan dicapai biasanya
menyangkut kegiatan yang luas dan berdimensi banyak. Sudah dikatakan terdahulu
bahwa kemampuan seseorang serba keterbatasan. Dengan tugas manajer yang
demikian luasnya kegiatan yang harus dilaksanakan, maka perlu mengangkat staff
atau menunjuk orang lain untuk menjalankan fungsi staff, yaitu menjalankan kegiatan
perencanaan pengembangan, penyumbang ide-ide dan standar-standar.
Prinsip Keseimbangan/keselarasan. Dalam suatu organisasi biasanya dibagi dalam beberapa
devisi atau sub devisi. Agar pekerja dapat berjalan lancar maka beban kerja
untuk masing-masing sub devisi atau masing-masing devisi harus berimbang atau
selaras. Prinsip ini penting untuk dituruti karena kenyataan yang ada kegiatan
dalam organisasi saling mengkait, sehingga apabila satu devisi atau sub devisi
kelebihan beban kerja sedang divisi atau sub devisi lain kekurangan beban kerja
maka akan terganggulah usaha mencapai tujuan.
Prinsip koordinasi. Dalam suatu organisasi, biasanya orang menerapkan
spesialisasi agar efisiensi kerja bertambah. Namun, semakin jauh spesialisasi
kerjasama menjadi semakin sukar. Oleh karena itu perlu dilaksanakan prinsip
koordinasi ini, yaitu semikin jauh spesialisasi hendaknya diusahakan koordinasi
yang baik. Dengan koordinasi yang
baik, maka tindakan pengarahan dan kerja sama antar bagian menjadi lebih baik
Prinsip pengambilan
putusan. Pelaksanaan tugas
mencapai tujuan, sebenarnya terdiri dari rangkaian putusan-putusan dari atas
sampai ke tingkat paling bawah. Oleh karena itu dalam melaksanakan manajemen
hendaknya diambil putusan yang terbaik untuk kegiatan atas sampai tingkat yang
paling bawah.
Prinsip standardisasi. Agar tidak terjadi penyimpangan dari
tujuan yang ingin dicapai, maka setiap tindakan harus memiliki tolok ukurnya
yang berupa standar-standar. Dengan kata lain, dalam pelaksanaan manajemen
harus dibuat standardisasi kegiatan untuk tolok ukurnya sehingga kalau terjadi
penyimpangan dapat segera diketahui dengan mudah.
Prinsip pengawasan. Agar setiap kegiatan perencanaan dapat
dilaksanakan dengan baik, maka harus dilaksanakan dengan baik. Untuk itu, perlu
pelaksanaan pengawasan apabila terjadi penyimpangan, maka dapat segera
diluruskan atau dikembalikan pada rencana.
Prinsip
keluwesan/fleksibilita. Manajemen yang baik adalah manajemen yang luwes, artinya putusan yang
diambil mudah menyesuaikan dengan perubahan situasi. Karena itu putusan
manajemen harus memenuhi kriteria keluwesan ini.
Prinsip fakta. Dalam pengambilan putusan selalu didasarkan pada data. Data sendiri, ada
yang berupa fakta, yaitu data atas pengalaman yang lalu atau data tentang
kejadian yang benar telah terjadi, dan data yang berupa opini, yaitu data yang
sifatnya masih “kira-kira” dari beberapa kejadian. Agar suatu putusan berjalan dengan mantap, maka putusan
tersebut harus didasarkan pada fakta, dan bukan didasarkan pada opini.
Prinsip hubungan antar
manusia. Dalam pelaksanaan
tugas manajemen akan selalu terjadi hubungan antar manusia dalam organisasi.
Hubungan antar manusia ini akan berjalan lancar, kalau dalam hubungan kerja
sama tadi dilandasi oleh dasar hubungan manusiawi yang terdiri dari dasar
anggapan:
a.
Setiap manusia berbeda
satu dengan lainnya, sehingga dalam bekerja sama dengan orang yang berbeda
harus dijalankan perlakuan yang berbeda pula.
b.
Setiap orang memiliki
harga diri yang berbeda-beda, karena itu dalam kontak kerjasama tidak boleh
meremehkan harga diri partner kerjasamanya.
c.
Setiap orang memiliki
kepentingan timbal balik, sehingga setiap orang akan mau diajak kerja sama
dalam organisasi.
d.
Setiap orang memiliki
motivasi yang merangsangnya untuk bekerja keras oleh karena itu dalam suatu
kerja sama hendaknya dipergunakan motivasi ini.
Prinsip spesialisasi. Dalam pelaksanaan manajemen,
spesialisasi akan mampu memperbaiki mutu produk, mutu jasa, dan mutu
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan manajemen hendaknya prinsip spesialisasi ini diterapkan.
Prinsip
penyederhanaan. Kadang dalam
pelaksanaan kegiatan manajemen terdapat banyak kegiatan yang dapat dihilangkan,
atau dengan kata lain sering dijumpai dalam suatu organisasi terdapat
kegiatan-kegiatan yang tidak diperlukan. Kegiatan yang tidak diperlukan ini
sebaiknya dihilangkan saja atau proses, sistem dan prosedur disederhanakan.
Dengan kaidah penyederhanaan ini maka efektivitas dan pengawasan manajemen akan
dapat ditingkatkan.
Prinsip produktivitas
indiividu. Dalam pelaksanaan
manajemen, peningkatan produktivitas individu adalah sangat penting dijaga,
karena dengan produktivitas individu yang tinggi, maka produktivitas organisasi
otomatis juga tinggi. Oleh karena itu, dalam menjaga tingkat produktivitas
individu tetap tinggi, maka individu harus diserahi tugas-tugas yang sesuai
dengan keterampilan yang dimiliki baik karena bakatnya maupun karena
pendidikannya.
Prinsip tugas dan
penyelesaiannya. Pada umumnya orang akan
dapat bekerja dengan giat apabila padanya diserahi tugas dan juga ditentukan
waktu penyelesaiannya. Tanpa diberikan “deadline”
orang akan bermalas-malas dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu dalam
memberikan tugas kepada bawahan harus selalu disertai jadual kerjanya.
Diantara sekian
prinsip manajemen yang dikemukakan tersebut di atas, tidak selamanya cocok
dengan situasi manajemen modern. Sebagai contoh dengan struktur organisasi
matriks dan sistem otonomi daerah mengakibatkan prinsip kesatuan komando dan
sentralisasi tidak dapat diterapkan. Namun pada situasi tertentu prinsip
tersebut masih sangat dianjurkan, misalnya pada organisasi militer yang sangat
ketat dengan prinsip kesatuan komando/perintah. Jadi penerapan prinsip
manajemen ini sesuai dengan situasi dan kondisi dimana manajemen itu
dilaksanakan.
Prinsip Manajemen Menurut ISO 9001:2000
ISO 9001:2000 disusun berlandaskan pada delapan
prinsip manajemen kualitas. Prinsip- prinsip ini dapat digunakan oleh manajemen
senior sebagai suatu kerangka kerja (frame work) yang membimbing organisasi
pada peningkatan kinerja.
1. FOKUS PADA PELANGGAN (Customer
Focus)
Organisasi bergantung pada pelanggan mereka, karena itu manajemen
organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang & yang akan datang.
Organisasi harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi
ekspektasi pelanggan.
2. KEPEMIMPINAN (Leadership)
Pemimpin organisasi harus menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari
organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar
orang- orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam pencapaian tujuan-
tujuan organisasi.
3. KETERLIBATAN ORANG (Involvement
of people)
Orang/ karyawan pada semua tingkatan merupakan faktor yang
sangat penting dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan
memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
4. PENDEKATAN PROSES (Process
Orientation)
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara efisien, apabila
aktivitas dan sumber- sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses.
Suatu proses dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari orang,
material, metode, mesin dan peralatan, dalam suatu lingkungan guna menghasilkan
nilai tambah output bagi pelanggan.
5. PENDEKATAN SISTEM
TERHADAP MANAJEMEN (System Approach to Management)
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan, dari proses- proses
yang saling berkaitan sebagai suatu sistem, akan memberikan kontribusi pada
efektifitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan- tujuannya.
6. PENINGKATAN TERUS
MENERUS (Continual Improvement)
Peningkatan terus- menerus dari kinerja organisasi secara
keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Peningkatan terus-
menerus didefinisikan sebagai suatu proses sebagai suatu proses yang
berfokus pada upaya terus- menerus meningkatkan efektifitas dan atau efisiensi
organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu. Peningkatan
terus- menerus mambutuhkan langkah- langkah konsolodasi progresif, menanggapi
perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, dan akan menjamin suatu
evolusi dinamik dari sistem manajemen mutu.
7. PENDEKATAN FAKTUAN DALAM
PEMBUATAN KEPUTUSAN (Factual Approach to Decision Making)
Keputusan yang efektif adalah keputusan yang berdasarkan pada
analisis data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga
masalah- masalah kualitas dapat terselesaikan secara efektif dan efisien.
8. HUBUNGAN PEMASOK YANG
SALING MENGUNTUNGKAN (Mutually Beneficial Supplier Relationship)
Suatu organisasi dan pemasok adalah saling tergantung, dan suatu
hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam
menciptakan nilai tambah.
|
Daftar
Pustaka
Manajemen karya Ricky W.
GriffinManajemen Penerbitan Pers karya Drs. Totok Djuroto
Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah karya H. Malayu S.P Hasibuan
Prinsip-Prinsip Manajemen karya George R. Terry
Lucky Club: Casino site - LuckyClub.live
BalasHapusLucky Club luckyclub is a gambling website that you can find in many countries around the world. We have been operating since 2006 and the site is currently