Perkembangan administrasi dan manajemen
PERKEMBANGAN
ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
Administrasi dan Manajemen sebenarnya telah ada sejak
dahulukala seiring dengan timbulnya peradaban manusia, administrasi dan
manajemen tidak pernah terlepas dalam kehidupan manusia. Administrasi dan
manajemen dapat dikatakan bahwa dimulai sejak adanya dua orang manusia yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mereka sepakati.
Akan tetapi, perkembangan administrasi dan manajemen tidak
sertamerta berkembang menjadi ilmu, akan tetapi perkembangan administrasi dan
manajemen mulai berkembang sebagai seni. Perkembangan administrasi dan
manejemen akan dibahas lebih lanjut dibawah ini.
- Perkembangan Administrasi Dan Manajemen Sebagai Seni
Dapat dibagi menjadi tiga fase utama
yaitu:
1. Tahap Prasejarah, yang berakhir pada
tahun 1 M
Bukti-bukti sejarah menunjukkan dengan jelas bahwa pada
tahap prasejarah ini administrasi dan manajemen sudah berkembang dengan baik.
Meskipun mungkin secara tidak sadar, masyarakat purba telah menjalankan roda
administrasi berdasarkan apa yang sekarang disebut sebagai prinsip-prinsip
administrasi dan manajemen. Karena kebutuhan masyarakat yang dipuaskan
melalui penerapan prinsip-prinsip
administrasi dan manajemen pun relatif masih sederhana maka pada umumnya sistem
administrasi dan manajemen pun relatif masih sederhana maka pada umumnya sistem
administrasi dan manajemen yang dipergunakan pun belum serumit yang digunakan
sekarang ini.
Ditinjau dari segi waktu dan tempat tahap prasejarah ini
dapat dibagi menjadi enam tahap perkembangan yaitu:
1.
Zaman
Mesopotamia
Pada zaman Mesopotamia ini telah dijalankan prinsip-prinsip
administrasi dan manajemen terutama di bidang pertanian, perdagangan,
komunikasi, pengangkutan terutama pengangkutan sungai bahkan masyarakat
Mesopotamia telah menggunakan logam sebagai alat tukar menukar yang
memperlancar jalannya perdagangan.
2.
Zaman
Babylonia
Administrasi perdagangan, pemerintahan, perhubungan dan
pengangkutan telah berkembang pula dengan baik sejak zaman Babilonia ini.
Peradaban Babilonia telah berhasil pula membina suatu sistem administrasi dan
manajemen dibidang teknologi, yaitu dengan adanya taman gantung yang sampai
saat ini belum dapat ditandingi oleh teknologi manusia modern.
3.
Mesir
Kuno
Analisis terhadap peninggalan-peninggalan zaman pra sejarah,
membuktikan bahwa di Mesir kuno aspek administrasi dan manajemen yang sangat
berkembang ialah penataan usaha kerja sama di bidang pemerintahan, militer,
perpajakan dan pertanian (termasuk irigasi). Piramida di Mesir juga merupakan
pembuktian bahwa dalam pembangunan peninggalan sejarah itu telah melibatkan
ratusan ribu orang yang bekerjasama, dan tentunya didasari dengan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan atau pengerahan tenaga, dan pengawasan yang
sifatnya formal. Di Mesir juga ditemukan bukti-bukti bahwa orang-orang Mesir
telah menerapkan system desentralisasi dan penggunaan staf penasehat 2000 tahun
sebelum masehi.
4.
Tiongkok Kuno
Yang paling menonjol dan merupakan perkembangan yang belum
pernah terjadi sebelumnya ialah bahwa masyarakat dan pemerintahan Tiongkok Kuno
telah berhasil menciptakan suatu sistem Administrasi kepegawaian yang sangat
baik. Demikian baiknya ciptaan itu sehingga banyak prinsip-prinsip administrasi
kepegawaian modern yang terkenal dengan istilah “Merit System” itu dipinjam
dari prinsip-prinsip Administrasi kepegawaian Tiongkok Kuno.
5.
Romawi Kuno
Perkembangan Administrasi pada zaman Romawi Kuno dibuktikan
dengan adanya ahli filsafat terkenal yaitu CICERO, terutama dalam 2 bukunya
yang masing-masing berjudul “ De Office ” dan “ De Legibus (The Low). Dalam
buku tersebut dijelaskan bahwa pemerintah Romawi Kuno telah berhasil memerintah
daerah yang sangat luas dengan penggunaan apa yang dikenal sekarang dengan
istilah “System Approach”. Tugas-tugas pemerintah dibagi dalam
departemen-departemen yang disebut “Magistrates” yang dipimpin oleh seorang
magistrator. Disamping itu, pemerintah Romawi Kuno telah berhasil pula
mengembangkan Administrasi Militer, Administrasi Pajak, Administrasi
Perhubungan lebih dari zaman-zaman sebelumnya.
6.
Yunani
Kuno
Sumbangan terkenal dari Yunani Kuno yang mempengaruhi
jalannya proses administrasi ialah pengembangan konsep demokrasi. Meskipun
konsep demokrasi pada zaman Yunani Kuno berbeda dengan konsep yang kini umum berlaku
di dunia. Sebagaimana diketahui, demokrasi dalam bahasa Yunani terdiri dari 2
kata yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “krato” yang berarti kekuasaan. Jadi
kekuasaan rakyat. Letak perbedaan konsep demokrasi di kala itu dan sekarang
ialah terletak pada perbedaan interpretasi tentang “rakyat”. Yang tergolong
kepada rakyat dari suatu polis (Negara kota) pada zaman yunani kuno hanya
terbatas pada mereka yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.
Pria
b.
Dewasa ( 21 Tahun )
c.
Lahir di Athena ( sebagai polis terbesar dan terpenting )
d.
Orang Tua warga negara Athena.
Pembatasan pengertian “rakyat” ini memang logis bagi rakyat
Yunani Kuno karena 75 % dari penduduk Athena terdiri dari pendatang atau budak
belian.
Dengan pembatasan-pembatasan ini pun Yunani Kuno telah
berhasil menciptakan parlemen pertama di dunia yang pada waktu itu disebut
“Dewan Orang-Orang Tua yang Bijaksana”. Urusan-urusan di bidang pertahanan
diatur sendiri oleh suatu dewan yang disebut “Dewan Militer”.
Suatu ciri khas dari masyarakat Yunani Kuno ialah bahwa
orang-orang yang tergabung sebagai rakyat, paling sedikit satu kali dalam
hidupnya harus menjadi pegawai negeri tanpa bayaran.
Dengan uraian perkembangan Administrasi pada fase Pra
Sejarah ini, jelas menunjukkan bahwa pada mulanya Administrasi Negara
berkembang jauh lebih pesat dari Administrasi Niaga, sedangkan pada zaman
modern sekarang ini kelihatannya keadaannya terbalik. Penyebabnya antara lain
ialah perkembangan industri dan teknologi yang sangat pesat.
2. Tahap Sejarah (tahun I M sampai
dengan 1886)
Berhubung dengan gelapnya sejarah dunia pada umumnya selama
15 abad pertama dari sejarah dunia modern, bidang administrasi dan manajemen
pun turut mengalami kegelapan. Berarti tidak banyak yang diketahui tentang
perkembangan administrasi dan manajemen dalam 15 abad itu
Kemudian diketahui bahwa timbulnya Gereja Katolik Roma telah
mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan teori administrasi dan
manajemen. Dengan kata lain Gereja Katolik Roma telah memberikan sumbangan yang
besar terhadap perkembangan administrasi dan manajemen.
Selama hampir satu abad hasil karya ini terlupakan dan baru
diselidiki kembali lahirnya gerakan manajemen Ilmiah (Scientific Manajemen
Movement) yang dipelopori oleh Frederick Winslow Taylor dari Amerika Serikat.
Gerakan ini dimulai pada tahun 1886. Gerakan ini sekaligus
menandai dua hal yaitu:
a.
Berakhirnya
status administrasi dan manajemen sebagai seni semata-mata tetapi mulai
berdwistatus karena administrasi dan manajemen itu diakui pula sebagai ilmu
pengetahuan.
b.
Berakhirnya
tahap sejarah dalam perkembangan administrasi dan manajemen dan tibanya zaman
modern yang dimulai pada tahun 1886 dan yang masih berlangsung terus
hingga dewasa ini.
3.
Zaman Modern
Seperti telah terlihat dari analisis historis yang amat
singkat di atas, fase terakhir dari perkembangan administrasi dan manajemen
oleh penulis diberi nama zaman modern ditandai oleh lahirnya Gerakan Manajemen
Ilmiah yang dipelopori oleh Frederick W. Taylor, di Amerika Serikat
Gerakan Manajemen Ilmiah tersebut lahir pada tahun 1886
karena pada tahun itulah Taylor, sebagai seorang sarjana pertambangan, yang
bekerja pada Midvale Steel Company di Philadelphia mulai mengadakan
penyelidikan-penyelidikan dalam rangka usahanya mempertinggi efisiensi
perusahaan dan meningkatkan produktivitas para pekerja.
B.
Perkembangan Administrasi Dan
Manajemen Sebagai Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai suatu objek
ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil dan rumus yang memulai
percobaan-percobaan yang sistematis dilakukan berulang kali telah teruji
kebenarannya, prinsip-prinsip, dalil-dalil, dan rumus-rumus yang dapat diajarkan dan
dipelajari
Ditinjau dari segi penerapan perkembangan ilmu administrasi,
sejak lahirnya hingga sekarang ilmu
administrasi telah melewati empat tahap yaitu:
1.
Tahap
Survival (1886 – 1930)
Tahap ini sering dikatakan sebagai tahun lahirnya
administrasi karena pada tahun inilah (1886) Gerakan Manajemen Ilmiah dimulai oleh Frederick
Winslow Taylor. Dalam jangka waktu yang paling panjang para ahli yang menspesialisasikan
dirinya dalam bidang administrasi dan manajemen memperjuangkan diakuinya
administrasi dan manajemen sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan.
2.
Tahap Konsolidasi dan penyempurnaan (1930 – 1945)
Tahap
ini disebut tahap konsolidasi dan penyempurnaan karena dalam jangka waktu inilah
prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalil ilmu administrasi dan manajemen
lebih disempurnakan sehingga kebenarannya tidak dapat dibantah lagi. Dan waktu
ini pula gelar-gelar kesarjanaan dalam ilmu administrasi dan niaga mulai banyak
diberikan oleh lembaga-lembaga
pendidikan tinggi.
3.
Tahap
Human Relations (1945 – 1959)
Tahap
ini disebut tahap human relations karena setelah terciptanya prinsip-prinsip,
rumus-rumus, dan dalil-dalil yang sudah teruji kebenarannya perhatian para ahli
dan sarjana beralih pada faktor manusia serta hubungan formal dan informal apa
yang perlu diciptakan, dibina, dan dikembangkan oleh antara manusia pada semua
tingkatan-tingkatan organisasi demi terlaksananya kegiatan-kegiatan yang harus
dilaksanakan dalam suasana yang intim dan harmonis.
4.
Tahap
Behaviouralisme (1959 hingga sekarang)
Tahap
behaviouralisme ini berakhir, ilmu administrasi dan manajemen akan memasuki
tahap matematika. Dugaan ini didasarkan kepada observasi yang teliti serta
gejala-gejala yang telah mulai terlihat sebagai akibat dari ditemukannya
alat-alat modern (sebagai hasil perkembangan teknologi yang amat pesat) yang
sekarang pun telah melalui banyak dipergunakan oleh organisasi modern dalam
berbagai aspek kegiatannya seperti komputer dalam pengelolaan data.
Adapun perkembangan administrasi itu sendiri yaitu Ilmu
administrasi menurut Prajudi Atmodusirdjo adalah cabang atau disiplin ilmu
sosial yang melakukan studi terhadap “administrasi” sebagai suatu fenomena
masyarakat. Secara sederhana dan singkat, Sondang P. Siagian menyatakan bahwa
administrasi merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur
pemerintah dari suatu negara dalam usaha mencapai tujuan negara tersebut.
Administrasi
dan Manajemen sebagai Seni dan Ilmu
Sebagaimana dikemukakan pada uraian dimuka, bahwa gerakan
manajemen ilmiah yang dipelopori F.W. Taylor tahun 1886 menandai berakhirnya
status administrasi dan manajemen sebagai seni semata-mata, dan mulai
berdwistatus, yaitu disamping sebagai seni juga sebagai ilmu.
Istilah “seni” atau art ini berasal dari bahasa Latin yang
berarti “skill” atau keahlian, kemahiran yang timbul dari dalam untuk
mewujudkan sesuatu. Dengan demikian, administrasi dan manajemen yang dianggap
seni adalah keahlian atau kemampuan kerja untuk mencapai sesuatu hasil yang
diinginkan atau dengan kata lain administrasi dan manajemen ditinjau dari segi
praktisnya.
The Liang Gie dalam buku Kamus Administrasi menjelaskan
mengenai hal ini sebagai berikut : Pengertian seni Administrasi biasanya
dilawankan denga ilmu Administrasi (The Scienc of Administration). Di sini,
seni administrasi diartikan sebagai penggunaan kemahiran, kecerdikan,
pengalaman, firasat dan penerapan pengetahuan secara sistematis yang dilakukan
oleh seorang pejabat pimpinan dalam suatu usaha kerja sama sehingga tujuan
usaha itu tercapai.
Disamping administrasi dan manajemen sebagai seni juga
sebagai ilmu. Administrasi sebagai ilmu melalui perjuangan yang cukup lama dan
diawali dengan praktek, ingat penyelidikan yang dilakukan oleh F.W. Taylor dan
Henri Fayol yang kemudian melahirkan teori-teori yang sangat diperlukan dalam
usaha meningkatkan efesiensi perusahaan. Kemudian perkembangan selanjutnya,
administrasi tergolong sebagai ilmu karena telah memenuhi syarat-syarat ilmu
pengetahuan. Adapun syarat-syarat yang dimaksud adalah : (1) tersusun secara
sistematis, (2) obyektif-rasionil sehingga dapat dipelajari, (3) menggunakan
metode ilmiah, (4) mempunyai prinsip-prinsip tertentu, (5) dapat dijadikan
teori.
Semua syarat-syarat tersebut telah dipenuhi oleh
Administrasi, seperti sistematika dapat dilihat dari segi unsur-unsurnya, obyek
permasalahannya yaitu soal-soal kegiatan manusia dalam bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan, hal ini dapat ditelaah secara obyektif
dan rasionil. Sedangkan mengenai metode penyelidikannya meliputi pengamatan,
percobaan dan analisis. Dan prinsip-prinsipnya ialah dari segi efesiensi.
Selanjutnya sebagai bukti administrasi dan manajemen sebagai
ilmu pengetahuan ialah adanya lembaga-lembaga pendidikan yang membina ilmu
administrasi ini. Seperti AIA (Akademi Ilmu Administrasi), STAN (Sekolah Tinggi
Administrasi Negara), Jurusan Administrasi Niaga/Negara dari perguruan tinggi
baik yang berstatus negeri maupun swasta.
Disamping itu sebagai bukti pula beberapa sarjana yang
berpendapat bahwa Administrasi sebagai ilmu diantaranya dapat dikemukakan
sebagai berikut :
Luther Gullick, beliau mengatakan bahwa Administrasi
berkenaan dengan terciptanya tujuan yang telah ditentukan. Jadi ilmu
Administrasi adalah system pengetahuan, dengan pengetahuan tersebut manusia
dapat mengerti hubungan-hubungan, meramalkan akibat-akibat dengan mempengaruhi
hasil-hasil pada suatu keadaan di mana orang-orang secara teratur bekerja sama
untuk tujuan bersama. Dalam ilmu Administrasi, baik Administrasi negara,
Administrasi swasta hal baik menjadi asasnya ialah efisiensi. Tujuan pokok lmu
Administrasi adalah terselenggaranya pekerjaan dengan penggunaan tenaga manusia
dan benda yang sedikit-dikitnya.
Siagian (1977) mengemukakan pula bahwa, ilmu pengetahuan
didefenisikan sebagai suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip,
dalil dan rumus melalui percobaan-percobaan yang sistematis dilakukan berulang
kali telah teruji kebenarannya, prinsip-prinsip, dalil-dalil dan rumus-rumus
mana dapat diajarkan dan dipelajari.
Administrasi adalah suatu obyek ilmiah, yang telah memiliki
prinsip-prinsip, rumus-rumus, dalil-dalil sehingga ia merupakan ilmu
pengetahuan.Akan tetapi harus diingat bahwa ilmu Administrasi yang tergolong
kedalam ilmu-ilmu sosial mempunyai karakterstik yang berbeda dengan
karateristik ilmu-ilmu eksakta. Ilmu-ilmu eksakta mempunyai karateristik utama,
yaitu bahwa keseluruhan prinsip-prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalilnya berlaku
universal dan dapat diterapkan melalui proses adopsi karena prinsip-prinsip,
rumus-rumus dan dalil-dalil tersebut tidak mengenal batas waktu dan tempat.
Dimanapun, bilamanapun dan oleh siapapun diterapkan pasti mendatangkan hasil
yang sama. Misalnya, jumlah sudut suatu segi tiga berjumlah 180 derajat.
Sebaliknya, ilmu-ilmu sosial memang juga mempunyai
prinsip-prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalil yang bersifat universal. Akan
tetapi didalam penerapannya harus di sesuaikan dengan kondisi, tempat, waktu,
dan manusia agar memberikan hasil yang diharapkan. Satu-satunya rumus yang
sungguh-sungguh berlaku bagi ilmu-ilmu sosial ialah : Dalam ilmu-ilmu sosial
satu-satunya kepastian adalah ketidakpastian. Memperhitungkan faktor keadaan,
tempat, waktu, dan manusia dan ilmu Administrasi disebut memperhitungkan
faktor-faktor ekologis ( lingkungan ).
Dengan demikian jelas sekali bahwa Administrasi disamping
sebagai seni, juga sebagai ilmu. Hal ini diakui oleh Siagian di mana beliau
mengemukakan sebagai berikut : “ Administrasi sekarang ini dikenal sebagai
Artistic Science karena didalam penerapan seninya masih tetap memegang peranan
yang menentukan, sebaliknya seni Administrasi dikenal sebagai suatu Scientific
Art, karena seni itu sudah didasarkan atas sekelompok prinsip-prinsip yang
telah teruji kebenarannya “.
Perbedaan Antara Administrasi Ilmiah dan yang Non Ilmiah
Dalam pembahasan sebelumnya terlihat bahwa administrasi
dapat dianalisis dari dua segi. Segi pertama, ialah administrasi sebagai suatu
“seni” yang sebagai suatu fenomena sosial telah ada sejak timbulnya peradaban
manusia. Sebagai suatu fenomena sosial administrasi yang telah berkembang sejak
zaman purba hingga timbulnya “Gerakan Management Ilmiah” tidak didasarkan
kepada keilmuan (non Ilmiah).Segi kedua, ialah Administrasi yang telah bersifat
keilmuan yang lahir pada tahun 1886 dan masih terus berlangsung hingga
sekarang.
Karena Administrasi sekarang ini sudah merupakan suatu
“Artistic Science” dan “Scientific Art”, maka ada perbedaan-perbedaannya jika
dibandingkan dengan situasi dimana Administrasi itu hanya bersifat “seni”
semata, maka perbedaan-perbedaan itu antara lain sebagai berikut :

a.
Administrasi
yang ilmiah menganut filsafat yang “People Centered”, yang berarti memandang
dan memperlakukan manusia tidak hanya sebagai alat pelaksana semata-mata, akan
tetapi sebagai oknum yang berkepribadian, bertujuan, bercita-cita dan mempunyai
ratio.
b.
Administrasi
non ilmiah menganut filsafat yang “job centered” yang berarti bahwa dalam usaha
mencapai tujuan, yang penting adalah tugas-tugas yang harus dilaksanakan agar
selesai tepat waktunya.

a.
Administrasi
yang ilmiah menggunakan “approach efisien dan ekonomis”. Karena para
pelaksananya semakin menyadari bahwa sumber-sumber yang tersedia dalam usaha
kerja sama untuk mencapai tujuan semakin terbatas.
b.
Approach
Administrasi yang non ilmiah adalah “efektifitas” yang berarti bahwa dalam
proses Administrasi, tercapainya tujuanlah yang terpenting dan tidak
mempersoalkan mengenai pengorbanan tenaga, waktu, ruang dan uang yang
diberikan.

a.
Administrasi
Ilmiah menggunakan metode kerja yang sistematis dan prosedur kerja yang
sederhana dan sesuai dengan kebutuhan.
b.
Administrasi
yang Non Ilmiah menggunakan metode kerja yang tidak sistematis dan cara kerja
yang sering didapatkan pada system coba-coba (Trial and Error) yang sering
mengakibatkan kesalahan, kekeliruan, salah perhitungan dan pemborosan.

a.
Administrasi
yang ilmiah bekerja dengan cara revolusioner dengan cepat.
b.
Administrasi
yang non ilmiah bekerja dengan cara-cara tradisional, kurang daya cipta serta
lamban.
Kedudukan
Ilmu Administrasi dalam Dunia Ilmu Pengetahuan
Persoalan di dalam Ilmu Administrasi sebenarnya terletak
atau berpokok pada manusia, yaitu manusia dalam berkelompok melakukan kerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu.Jadi ilmu Administrasi termasuk salah satu
diantara berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang memberikan perhatian terhadap
persoalan manusia.Semua ilmu pengetahuan pada dasarnya langsung atau tidak
senantiasa ada hubungannya dengan manusia, yaitu bagaimana membantu manusia
mencapai kehidupan yang lebih baik. Hanya perbedaan tiap-tiap ilmu itu terletak
pada bagaimana masing-masing ilmu pengetahuan itu ” memandang” masalah manusia
yang banyak ragamnya itu. Antara ilmu pengetahuan dan manusia terdapat
hubungan-hubungan korelatif, di mana semua Ilmu Pengetahuan itu diarahkan
kepada diri manusia.
Pada mula timbulnya ilmu pengetahuan, kesemuanya disebut
filsafat. Dinamika masyarakat menuntut perkembangan lebih jauh dari filsafat
itu sehingga timbul tiga cabangnya, yaitu :
1. Ilmu-ilmu eksakta, seperti ilmu
kimia matematika, fisika, dan lain-lain.
2. Ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu
hokum, ekonomi, politik, dan lain-lain
3. Humaniora, seperti seni musik, seni
tari, seni rupa, sastra, danlain-lain.
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari kegiatan-kegiatan
yang terjadi sebagai akibat manusia hidup berkelompok. Gejala-gejala yang
berkenaan dengan aktivitas-aktivitas kelompok lazim disebut gejala-gejala
sosial, dan ilmu yang mempelajarinya adalah ilmu-ilmu social.
Karena Ilmu Administrasi berkenaan dengan manusia dalam
hidup berkelompok, maka ilmu Administrasi juga tergolong sebagai ilmu sosial,
dan malahan dapat dikatakan merupakan salah satu cabang terbaru dari ilmu-ilmu
sosial. Secara khusus dapat pila dikatakan bahwa Ilmu Administrasi termasuk
kelompok “applied sciences” dari pada ilmu-ilmu sosial karena kemanfaatannya
hanya ada apabila prinsip-prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalilnya diterapkan
untuk meningkatkan pri kehidupan manusia.
Untuk lebih jelasnya dimana letak Ilmu Administrasi dalam
dunia ilmu pengetahuan, maka dapat digambarkan pembagian ilmu pengetahuan
menurut SP Siagian sebagai berikut :
Hubungan Ilmu Administrasi dengan Ilmu-ilmu Lainnya
Ilmu Administrasi tidak lepas ikatannya dari ilmu-ilmu lainnya,
terutama dengan ilmu-ilmu sosial.
Ilmu-ilmu yang mempunyai hubungan erat dengan ilmu
admnistrasi ialah :
1.
Ilmu
hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari norma-norma dan
kaidah-kaidah yang hidup didalam masyarakat. Kelangsungan hidup yang teratur
serta perkembangan yang dinamis dari administrasi hanya dapat dijamin apabila
ia taat kepada hukum yang berlaku.
2.
Ilmu
Ekonomi, sebagai suatu ilmu yang mempelajari kebutuhan manusia yang selalu
tidak terbatas dengan alat-alat pemuas kebutuhan yang selalu terbatas,
administrasi bekerja atas prinsip yang sama karena tujuan organisasi pada
hakekatnya tidak terbatas sedangkan sumber-sumber yang tersedia atau mungkin,
tersedia selalu terbatas. Ditinjau dari segi tujuan dan alat ini, antara Ilmu Ekonomi
dan Ilmu Administrasi berbeda hanya ditinjau dari segi obyeknya saja.
3.
Ilmu
politik, yaitu suatu ilmu yang mempelajari percaturan kekuatan dan kekuasaan
dalam masyarakat. Pada dasarnya administrasi adalah “Policy Execution”. Policy
yang dimaksud disini adalah kebijaksanaan dari pihak penguasa yang
dirumuskannya sesuai dengan kondisi politik yang dihadapi. Leonard D. White
berkata bahwa : “apabila potik berakhir, administrasipun mulai”. Dengan
demikian administrasi harus melekatkan dirinya kepada politik karena yang satu
merupakan konstinuasi dari yang lain.
4.
Sejarah,
yang menyelidiki keseluruhan dari tindakan-tindakan manusia dimasa-masa yang
lalu. Para sarjana administrasi hanya akan berhasil melaksanakan tugasnya
apabila mengetahui sejarah secara mendalam. Manfaatnya ialah untuk dapat
menarik pelajaran dan pengalaman masyarakat, bangsa dan pemerintahan yang lalu
agar, segi-segi negatifnya tidak berulang kembali.
5.
Sosiologi,
yakni ilmu yang mempelajari tata bermasyarakat yang sangat erat hubungannya
dengan administrasi, karena administrasi berdarma bakti kepada masyarakat, baik
masyarakat kecil dalam lingkungan suatu organisasi, maupun masyarakat sebagai
keseluruhan.
6.
Antropologi,
yakni ilmu yang mempelajari tindak tanduk individu di dalam masyarakat. Manusia
merupakan unsur terpenting di dalam suatu organisasi dalam rangka usaha
pencapaian Tujuan. Jika demikian halnya secara logis terlihat adanya persamaan
obyek kedua ilmu pengetahuan ini, hanya approach dan metode analisis yang
berbeda.
7.
Ethnologi,
yaitu ilmu yang mempelajari sifat, kebudayaan dan adat istiadat sesuatu bangsa
perlu pula diketahui oleh ahli administrasi terutama mereka yang berkecimpung
dalam kegiatan internasional (baik dibidang kenegaraan maupun di bidang
perniagaan). Sasarannya ialah untuk mengetahui sifat-sifat kepribadian,
kelemahan-kelemahan dan tempramen bangsa lain itu karena dengan mengetahui
hal-hal tersebut untuk menggerakkan mereka akan menjadi lebih mudah.
8.
Ilmu
Jiwa (psikologi), yaitu ilmu yang mempelajari jiwa seseorang. Seseorang hanya
dapat digerakkan dengan baik apabila administrator yang menjadi atasannya
mengenal jiwa seseorang tersebut. Kejiwaaan seseorang dapat dipelajari melalui
Ilmu Jiwa terutama Ilmu Jiwa Umum, Psikologi Industri, dan Psikologi
Sosial.
9.
Statistik,
yaitu ilmu tentang data dan angka-angka. Salah satu tugas tepenting dari
seorang Administrator atau manager ialah mengambil keputusan. Keputusan yang
diambil harus tepat, praktis dan dapat dilaksanakan. Untuk memenuhi
syarat-syarat keputusan yang demikian, seorang administrator atau manager perlu
memiliki data dan informasi yang lengkap, up to date dan dapat dipercaya dan
tersusun dengan sistematis. Pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan data-data
dan informasi yang demikian itu hanya dapat dilakukan melalui statistik.
Seorang administrator yang baik apabila ia memiliki paling
sedikit pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu yang disebutkan diatas.Disamping
itu, dengan memliki pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu tersebut, administrator
memiliki pandangan luas terhadap masyarakat yang harus dilayani oleh
administrasi, demikian pula ia akan memiliki semakin banyak sarana untuk
memecahkan masalah yang dihadapi serta kemungkinan besar untuk menemukan
pemecahan yang lebih baik.
Berbicara tentang
sejarah perkembangan administrasi di Indonesia, berikut adalah perkembangan
administrasi di Indonesia yang dikelompokkan ke dalam beberapa masa, yaitu:
1. Masa Penjajahan Belanda
Negara Indonesia
kesatuan modern yang dilihat dari segi wilayah dan organisasi pemerintahan,
dapat dikatakan lahir secara formal pada tanggal 1 Januari 1800 dan sacara
kenyataan baru pada tahun 1824 dengan suatu traktat antara Negeri Belanda dan
Inggris. Selama tiga setengah abad Indonesia dijajah oleh Belanda, selama itu
pula administrasi dikenal sebagai ilmu pengetahuan. Pada masa ini, administrasi
diartikan secara sempit yaitu sebagai pekerjaan yang berhubungan dengan
ketatausahaan dalam bahasa Belanda dikenal sebagai “Administrasi”. Oleh karena
itu, administrasi secara nyata berupa pengarsipan, ekspedisi, pengetikkan,
surat menyurat, registrasi dan herregasi yang kesemuanya bersifat tulis menulis
yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Clerical Work”.
Selain itu, bangsa
Indonesia tidak diberi kesempatan untuk ikut terlibat dalam praktek
administrasi negara. Sehingga karenanya tidak ada pengalaman sama sekali untuk
mempraktekkan ilmu administrasi negara. Di samping itu, sifat adminstrasi
ketika itu sama dengan sifat-sifat yang mempengaruhi ilmu administrasi di
daratan Eropa. Pengaruh konsep kontinental yang menganggap pendidikan hukum
sebagai persiapan utama malah kadang-kadang sebagai satu-satunya syarat untuk
membentuk seorang administrator, sangat menonjol saat itu. Sifat ini membuat
administasi saat itu sangat legalitik dan normatif, yang pada gilirannya
menumbuhkan suatu birokrasi yang steril. Dalam perkembangan administrasi di
Indonesia, tidak terlepas dari para penjajah yang telah mendiami Indonesia
selama berabad-abad. Orang Belanda yang pertama kali meletakkan dasar-dasar
administrasi Negara modern di Indonesia adalah Gubernur Jenderal
Daendels, yang berupa:Dengan menciptakan jabatan-jabatan kenegaraan (ambten,
publik of fices) untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, dengan
rumusan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing jabatan,
dengan gaji (salaris, salary) menurut skala gaji tertentu
yang dibayarkan dari Kas Negara.Dengan membentuk suatu kas negara (Fiskus)
yang diisi melalui pemungutan pajak, be dan cukai secara resmi melalui
Pejabat-pejabat Perpajakan yang resmi pula.Dengan membentuk suatu direktorat
Jenderal Keuangan yang menyusun Anggaran dan mengelola keuangan negara hasil
pungutan-pungutan pajak, bea, dan cukai resmi. Dengan membentuk suatu Badan
Pemeriksa Keuangan (Generale Rekenkamer) yang bertugas memeriksa semua
penerimaan dan pengeluaran uang negara.Dengan membentuk Inspeksi-inspeksi Pajak
di berbagai tempat yang dianggap penting.Dengan membentuk sistem pemerintahan
wilayah: propinsi, keresidenan, kabupaten, distrik, kecamatan, dan kemantren,
masing-masing dikepalai oleh seorang Pejabat Negeri resmi. Dengan membentuk
sistem kepolisian, sistem kejaksaan, dan sistem peradilan modern. Pola pikir
dan pola organisasi kenegaraan Daendels berasal dari Prancis di bawah kaisar
Napoleon, yang sesuai dengan zamannya pada waktu itu memang bewarna organisasi
militer. Apa yang terbentuk kemudian di Indonesia merupakan pengembangan lebih
lanjut sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi, namun dasar-dasarnya
telah diletakkan oleh Daendels antara tahun 1808-1811.Banyak infrastruktur-infrastrktur
yang dibangun oleh rakyat Indonesia atas perintah Daendels. Seperti Jalan Raya
Pos dan Pertahanan dari Anyer sampai Banyuwangi, sistem pipa dari keramik untuk
distribusi air. Peninggalan lain dari pada Administrasi Daendels adalah Gedung
Departemen Keuangan pada Lapangan Benteng Jakarta. Selain Daendels, periode
pemerintahan di Indonesia juga dipimpin oleh Raffles
(1811-1816). Selama periode pemerintahan Raffles, tidak banyak perubahan pada
sistem pemerintahan yang dibangun oleh Daendels. Yang banyak diubah oleh
Raffles adalah nama-nama sebutan. Yang diubah secara radikal oleh Raffles
adalah jiwa pemerintahannya, yakni dari jiwa otokratis menjadi jiwa demokratis
sipil. Raffles ingin meletakkan sistem titik berat sistem pemerintahannya pada Village
Administration (Administrasi Desa), dan tidak lagi pada Administrasi
Bupati yang dianggap Raffles sebagai sumber korupsi dan penyalah gunaan
kekuasaan terhadap rakyat kecil. Raffles ingin memberikan hak tanah yang jelas
kepada warga desa dengan “sertifikat” resmi. Berdasarkan hak tanah resmi
tersebut, setiap pemegang hak-tanah harus membayar sewa (rent) kepada
Pemerintah sebagai pengurus tanah negara, setiap tahun. Berdasarkan keinginan
dan rencana tersebut di atas, maka lahirlah Sistem Sewa Tanah (Landrent
System dari Raffles, yang oleh pemerintahan Belanda kemudian dijaidkan
Landrentstesel (Sistem Landrente) dan berubah menjadi Sistem Pajak Tanah.
Sistem ini masih ada hingga sekarang berupa Pajak Bumi dan bahkan diperluas
menjadi PBB (Pajak Bumi dan Bangunan).Perubahan yang paling banyak sejak 1816
hingga kini adalah Sistem Pemerintahan dan Sistem Administrasi Pemerintahan,
Sistem Peradilan dan Sistem Administrasi Pengadilan, serta Sistem Administrasi
Keuangan. Perubahan tersebut berlangsung secara bertahap:
1866-1870-1890-1903-1906-1912-1916-1922-1925-1930-1938-1941. 1866:
Lahirnya sistem pemerintahan Departemental, berikut sistem APBN dengan bab-bab
menurut Departemen.1870: Pembebasan Pamong Praja dari tugas
pengurusan perkebunan pemerintahan dan adanya pengembanagn teknologi perkebunan
yang diambil dari ilmu pertanian Negeri Belanda.1890:
Indonesia Finansial Merdeka, artnya bebas dari kewajiban menyumbang kepada
Negeri Belanda. Nilai Rupiah dan sistem APBN Indonesia lepas dari Gulden dan
sistem APBN Belanda. Pemisahan total baru tercapai pada tahun 1912 dengan
lahirnya Decentralisatiewet: Undang-undang Desentralisasi 1903 yang
menjadi dasar hukum pengembangan otonomi pemerintah Indonesia.1906:
Permulaan pengembangan sistem otonomi pemerintahan daerah dengan Locale
Raaden Ordonnantie (Desentralisasi). Locale Raad adalah
Dewan Pemerintah Daerah atau Dewan Lokal yang menjalankan pemerintahan terhadap
suatu Locaal Ressort atau gedecentaliseerd (wilayah yang
disentralisasikan). Hal ini merupakan permulaan adanya Administrasi Pembangunan
di Indonesia, yang kemudian melahirkan:
a.l. VRM (Verbeterde
Rijstbouw Methode, BIMAS Padi)
VMF (Voedingsmiddelen
Fonds, sekarang BULOG)
Sistem pengairan Pakalen
(sekarang DAS), dan sebagainya.
1912: Lahirnya pasal 1 daripada
ICW, yakni Indonesia dijadikan Badan Hukum (rechtspersoon).1916:
Modernisasi dan demokratisasi Pamong Praja bangsa Indonesia, disusul dengan
pembentukkan Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat). Volksraad
ikut menetapkan APBN Indonesia, apalagi pada tahun 1938-1942.1922:
Pembentukkan badan-badan otonomi territorial: Provincie, Regentschap,
dan Stadgeneente di pulau Jawa dan Madura.1925:
Pamong Praja Indonesia di pualu Jawa dan Madura berfungsi bebas (pejabat Eropa
hanya bertindak sebagai Penasehat).1930: Permulaan Sistem
Perizinan Perusahaan oleh karena keadaan dilanda krisis ekonomi dunia.1938:
Gerakan menuju status Dominion. Antara 1938-1942 banyak terbit undang-undang
baru yang bersifat modernisasi kehidupan sosial-politik-ekonomi, antara lain:
Undang-undang Desa 1941.
2. Masa Penjajahan Jepang
Selama pendudukan
tentara Jepang, keadaan ketatanegaraan Indonesia kacau sekali. Keadaan
sosial-ekonomi-politik menjelang pendudukan jepang memang sangat rumit, oleh
karena penduduk mayoritas otohton dikuasai ekonominya oleh pendudukan alloton
Barat dan Timur dan politiknya dikuasai oleh alloton Barat.Indonesia secara
administratif dibagi menjadi 8 (delapan) Gewest (sekarang menurut
istilah UU No. 5/1974: Propinsi), masing-masing dikepalai oleh sorang Gubernur.
Pembagian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Gewest/Propinsi
|
Ibu kota
|
Sumatera
|
Medan
|
Jawa Barat
|
Bandung
|
Jawa Tengah
|
Semarang
|
Jawa Timur
|
Surabaya
|
Surakarta
|
Solo
|
Jogjakarta
|
Jogja
|
Kalimantan
|
Banjarmasin
|
Timur Besar
|
Makasar (Ujung Pandang)
|
Setiap Gewest merupakan suatu
Gupermen (Goevernement), artinya semua urusan pemerintahan dan
administrasi negara harus diselesaikan paling tinggi oleh Gubernur berdasarkan
peraturan-peraturan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Gubernur Jenderal
dan atau Direktur/Kepala Departemen (sekarang Mneteri/Pemimpin Departemen).
Hanya urusan yang bersifat nasional atau internasional harus diselesaikan di
Pusat.Dengan demikian, Administrasi Negara Mikro berada di baeah peringkat
Gubernur dan Pemerintah Pusat hanya menjalankan Administrasi Negara Marko dan
Meso, serta mengambil keputusan-keputusan mengebai urusan-urusan atau
masalah-masalah yang bersifat nasional-strategis dan atau internasional.Selain
klasifikasi Administrasi Negara Makro, Meso, Mini, dan Mikro, di dalam pola dan
sistem Ketatanegaraan pada waktu itu masih terdapat pembadaan sebagai berikut:
Administrasi Gewest atau Administrasi
Wilayah
Administrasi Provincie atau
Administrasi Wilayah Otonom
Administrasi Groepsgemeenschap atau
Administrasi Masyarakat Budaya Otonom, atau Administrasi Daerah (menurut istilah
UU No. 5/1974 sekarang
Administrasi Swapraja yang bersifat
Indonesia asli, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta sekarang (1989)
Groepsgemeenschap adalah suatu Daerah Hukum Adat yang telah doimodernisasikan
organisasi, pemerintahan, dan administrasinya serta mempunyai status otonomi
seperti Propincie Jawa dan Madura pada waktu itu. Yang telah ada pada
saat itu adalah Groepsgemeenschap Minangkabau, Groepsgemeenschap
Palembang, dan Groepsgemeenschap Banjar, sedangkan Groepsgemeenschap
Minahasa dan Groepsgemeenschap Maluku berada dalam tingkat persiapan.
Swapraja adalah Kerajaan Indonesia Asli,
seperti sekarang Daerah Istimewa Yogyakarta, di mana yang menjadi Kepala Daerah
adalah Sri Sultan Hamengku Buwono. Jumlah Swapraja pada saat itu adalah kurang
lebih 330 besar dan kecil. Inti sistem pemerintahan dan administrasi negara
umum Indonesia sampai 1942 adalah Pamong Praja.Korps Pamong Praja ini lahir dan
berkembang secara mantap kurang lebih sejak tahun 1850, yakni sejak
Undang–Undang Dasar 1848 di Negeri Belanda yang melarang Raja Willem
untuk memerintah Indonesia secara langsung. Saat itulah berakhirlah jiwa ikatan
kerajaan dan mulai ikatan atau hubungan Zakelijk. Korps Pamong
Praja menjadi Korps Pejabat Negeri atau Korps Pejabat Pemerintahan Umum (Ambtenaren
van Algemeen Bestuur).Pamong Praja menjalankan tugas pemerintahan umum.
Pejabat teknis menjalankan tugas pemerintahan teknis.
Sistem Pemerintahan Negara Teknis berpuncak
pada masing-masing Departemen teknis: Departemen Keuangan, Departemen Pekerjaan
Umum dan Perhubungan, Departemen Perekonomian, Departemen Kehakiman, Departemen
Kesehatan, dan sebagainya.Sekretari Umum (Algemene Secretarie) di
bawah Gubernur Jenderal fungsinya praktis sama dengan Sekretariat Negara di
bawah Presiden Republik Indonesia sekarang. Sekretariat adalah lembaga yang
dipimpin oleh sekretaris. Sekretari adalah bagian inti daripada Sekretariat
yang secara khas berfungsi sebagai pengolah urusan-urusan pemerintahan dan
administrasi negara. Tugas sekretari adalah mengolah naskah-naskah keputusan
pemerintahan dan menyelenggarakan arsip rahasia (geheim archief).Sejak
akhir abad ke-18 di Eropa Barat (Kemudian merembet ke Amerika Serikat) terjadi
Revolusi Industri. Sejak tahun 1910, Pamong Praja mulai dimodernisasikan untuk
menghadapi Era Listrik dan Pabrik. Lahirnya Undang-undang Pabrik 1899 dan
Undang-undang Gangguan 1926 telah menimbulkan tugas dan kewajiabn serta beban
Pamong Praja untuk melaksanakannya.Banyak lembaga-lembaga pendidikan yang
didirikan untuk calaon pejabat Pamong Praja, di antaranya, yaitu: OSVIA (Sekolah
Pendidikan Pejabat Negeri = Ambtenaar Indonesia) pada tahun 1906 di
Bandung, Magelang, Probolinggo, Serang, Madiun, Blitar, Tondano, Makasar (Ujung
Pandang) dan Bukittinggi.Bestuursschool
(Sekolah Tinggi Pemerintahan) pada tahun 1916 di Jakarta (Batavia). Sekolah ini
kemudian menjadi Bestuursacademie yang lebih tinggi daripada APDN
sekarang dan hampir setingkat dengan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP).Kembali
pada masa penjajahan Jepang, ada beberapa hal yang perlu dicatat pada masa itu
berupa dibentuknya rukun-rukun kampung. Rukun kampung “Asatjo” dibagi
menjadi beberapa rukun tetangga “Kumitjo”. Hal seperti ini membekas
sampai sekarang menjadi istilah RW dan RT dalam sistem administrasi Negara
Indonesia.Selain hal tersebut di atas, pada masa penjajahan Jepang dalam sistem
pemerintahan di mulai dengan memperkenalkan organisasi pertahanan sipil
atau dalam bahasa Jepang disebut “ Sie Nen Dan”. Begitu juga
kursus-kursus ketataprajaan mulai dirintis meskipun dengan persyaratan peserta
kursus yang sangat ketat dan sepenuhnya untuk kepentingan penjajah semata
3.
Masa Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 ditandai dengan dibukanya Perguruan Tinggi di Jakarta dan
Yogyakarta. Pada masa itu ilmu administrasi ataupun administrasi negara belum
mendapat tempat yang baik sebagai disiplin ilmu. Dengan demikian ilmu
administrasi dan administrasi negara masih merupakan bagian dari mata kuliah
yang dianggap pokok pada waktu itu antara lain ilmu pemerintahan dan ilmu
hukum.
Pada awalnya Fakultas Sosial Politik
menempatkan ilmu administrasi negara merupakan bagain dari ilmu politik. Pada
awal tahun lima puluhan di Indonesia pandangan ilmu administrasi termasuk
bagian dari ilmu politik mulai ditinggalkan dan pandangan mulai tertuju kepada
ilmu administrasi negara sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri. Dengan
demikian, usaha yang dilakukan Perguruan Tinggi ini mulai meluas, yaitu dimulai
dengan berdirinya Sekolah Tinggi Pamong Praja di Malang yang semula bernama
Kursus Dinas (KDC) yang kemuddian berkembang menjadi Institut Ilmu
Pemerintahan.
Begitu juga di Ujung Pnadang, sekarang
Makasar tercatat sebagai historis tempat lahirnya administrasi negara di
Indonesia yang dipelopori oleh Mr. Tjia Kok Tjiang dengan mendirikan Perguruan
Tinggi Tata Praja. Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta adalah Lembaga pendidikan
pertama yang mengembangkan ilmu pemerintahan. Fakultas Ilmu Hukum dan Sosial
Politik saat itu dalam kurikulumnya dikembangkan mata kuliah ilmu pemerintahan.
Kemudian didirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dengan jurusan Ilmu Usaha
Negara yang kemudian menjadi Ilmu Administrasi Negara, secara nyata merupakan
Perguruan Tinggi yang mulai membina dan mengembangkan pemikiran baru ilmu
administrasi negara merupakan disiplin ilmu yang bediri sendiri dengan dosen
yang dikenal pada waktu itu bernama Garth N. Jones. Dalam rangka afiliasi,
Garth N. Jones diperbantukan di Indonesia untuk membentuk kader-kader yang
tangguh dan ampuh. Tidak sia-sia usahanya, bersama kader membentuk PAC (Public
Administration Center) di Yogyakarta. PAC kemudian berganti nama menjadi Balai
Pembinaan Admnistrasi di Yogyakarta yang dipimpin oleh Sumitro Kolopaking. Dengan dasar
itulah Bintoro Tjokroamidjojo, menyebutkan bahwa, “Peletakkan batu pertama ilmu
administrasi negara di Indonesia dilakukan antara tahun 1951 sampai dengan
1955”. Pada tahun 1951-1955 inilah pengertian administrasi maupun administrasi
publik berkembang dalam arti yang modern dengan tokohnya antara lain: Woodro
Wilson, Dimock & Dimock, John M. Pfiffner, Helbert Simon, dan Prof. Bintoro
Tjokroamidjojo, MA. Ketika tahun 1954 pemerintah mendatangkan suatu perutusan dari Amerika
Serikat untuk mengadakan penelitian mengenai administrasi kepegawaian.
Perutusan ini diketuai oleh Edward H. Litchfield dan dibantu
oleh Alan C. Rankin. Setelah mengadakan penelitian ke seluruh
Indonesia, utusan ini merumuskan saran kepada pemerintah Republik Indonesia
yang mereka beri judul Training Administration on Indonesia.
Banyak saran yang diberikan oleh utusan itu kepada pemerintah Indonesia, salah
satunya adalah perlu didirikan lembaga pendidikan administrasi yng nantinya
dapat digunakan untuk mendidik pegawai-pegawai dan adminstrator pemerintah. Upaya dan
usaha selanjutnya dilakukan pada tahun 1956, 1957, kerjasama dengan Tim
Universitas Indiana (USA). Maka setelah itu, perkembangan lebih lanjut bagi
administrasi negara di Indonesia adalah dengan didirikannya Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN-RI) pada tahun 1957 dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1957. Kemudian disempurnakan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1971.Pada tahun 1958 tim dari
Universitas Indiana (USA) tadi menerbitkan suatu laporan hasil penelitian yaitu
Developing Managerial Resources of Indonesia yang ditulis oleh Lynton
K. Caldwell dan Howard L. Times.Dengan didirikannya Lembaga Administrasi
Negara (LAN), administrasi di Indonesia mulai dikembangkan pada berbagai bidang
lapangan studi. Melalui LAN, banyak tenaga ahli yang dikirim keluar negeri
terutama ke Amerika Serikat untuk mendalami adminstrasi, baik dalam bidang
administrasi negara maupun bidang administrasi niaga.Beberapa pejabat
pemerintah baik pusat maupun daerah dikirim untuk memperluawas pengetahuannya
di bidang administrasi.Seterusnya administrasi negara Indonesia tidak lagi
dikembangkan sifat-sifat legalis seperti di Eropa, melainkan sifat-sifat
administrasi modern yang banyak dikembangkan di Amerika Serikat yang bersifat
praktis dan prakmatis. Aspek administrasi tidak lagi terbatas pada pengetahuan
hukum saja, melainkan berwawasan agak luas meliputi pengaruh baik dari
ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu non sosial. Seperti halnya di Amerika
dan Prancis, tempat lahirnya ilmu administrsi dan administrasi negara, para
pelopornya adalah orang teknik seperti Taylor dan Fayol. Orang teknik di
Indonesia yang dijadikan pelopor Administrasi Negara adalah Ir. Djuanda yang
pada waktu itu menjabat sebagai Perdana Menteri, beliaulah yang merintis
berdirinya Lembaga Administrasi Negara di Indonesia dengan dukungan Mr.
Sumarman yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri dalam Negeri dan
mengangkat Direktur LAN-RI yang pertama (1958) yaitu Prajudi Atmosudirdjo.
Adapun perkembangan
Manajemen itu sendiri adalah Manajemen berasal
dari bahasa Perancis kuno yaitu menagement,yaitu seni melaksanakan dan mengatur. Sulit melacak sejarah
manajemen, tapi yang pasti manajemen telah ada sejak puluhan ribu tahun yang lalu,sebagai
contoh yaitu Piramida di Giza,pembuatan bangunan tersebut diselesaikan oleh
sekitar 10000orang dan pasti dari sekian banyak orang tersebut ada yang
bertugas sebagai manajer, meski berbeda istilah.
Teori Manajemen dan Manajemen ilmiah
memiliki pengertian yang kurang lebih sama dalam pentafsirannya. Yaitu
penggunaan metode ilmiah guna memecahkan persoalan yang tengah terjadi,Teori
Manajemen tradisional pertama kali berkembang di Venesia,Italia pada tahun 1400
dengan praktiknya sebagai berikut:



Sebelum abad ke 20 Adam Smith menggagaskan doktrin ekonomi klasik The wealth of Nation. Dalam bukunya ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan
diperoleh organisasi dari pembagian kerja, yaitu perincian pekerjaan kedalam
tugas-tugas yang spesifik dan berulang.
Beberapa ahli sependapat bahwa
pelopor Teori Manajemen modern adalah Frederick Winslow Taylor, ia berpendapat
bahwa penggunaan metode ilmiah dapat menentukan cara terbaik dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.Taylor membuat pedoman yang jelas tentang cara
meningkatkan efisiensi produksi, yaitu sebagai berikut:




Teori Taylor ini mengubah pola manajemen kala itu, dengan gagasannya
yang memberi ide baru bahwa seorang Manajerlah yang harus membagi pekerjaan
dibanding pekerja yang memilih sendiri pekerjaan mereka.
Dari Teori Manajemen modern inilah lahir sejumlah teori baru
sepertiTeoriAdministrasi umum, yaitu teori umum mengenai apa yang dilakukan
oleh para manajer dan bagaimana membentuk praktik manajemen yang baik.
Perkembangan
Teori Manajemen selanjutnya menjadi beriringan dengan perkembangan ilmu
manajemen itu sendiri, dimana jika terdapat sesuatu yang baru berkenaan dengan
suatu isi dari ilmu manajemen maka para ahli pun turut serta menyumbangkan
berbagai macam Teori yang mendukung perkembangan baru tersebut, jadi baik teori
maupun secara praktik sama-sama besar pemahamannya.
Prinsip-prinsip
umum manajemen
Prinsip merupakan suatu pernyataan
fundamental atau kebenaran umum yang merupakan sebuah pedoman untuk berpikir
dan bertindak.Dan hubungannya dengan manajemen adalah bersifat fleksibel dimana
perlu dipertimbangkan dengan kondisi yang khusus dan situasi yang berubah-ubah.
Teori Manajemen yang sedang
dikembangkan juga bersifat demikian, jadi ia tidak boleh menyimpang dari
Prinsip-prinsip umum Manajemen, adapun prinsip manajemen tersebut adalah
sebagai berikut:













Itu merupakan sebagian kecil dari prinsip-prinsip manajemen, jadi
meski ada Teori baru sekalipun, maksud dan tujuan dari Teori baru tersebut
pasti berkaitan dengan prinsip-prinsip umum yang ada di atas.
Jauh sebelum “manajemen” dikenal, telah banyak organisasi formal
yang telah memikirkan bagaimana organisasi agar efisien dan efektif. Marchiavelli
(1531) –>mengenalkan beberapa prinsip-prinsip yang dapat diadaptasikan untuk
diterapkan pada organisasi manajemen masa kini. Filsafat
Cina Sun Tzu (2000th yang lalu) yang kemudian di modifikasi oleh Mao Zedong,
–> mengenalkan strategi perang, yang dapat di pakai untuk
merencanakan strategi yang berhububungan dengan bisnis pesaing.
Jadi perkembangan administrasi dan manajemen sejak
dahulukala sudah berkembang dengan pesat sampai sekarang karena setiap kegiatan
yang dilakukan baik itu perseorangan(pribadi) maupun kelompok pasti menggunakan
administrasi dan manajemnen untuk kelancarannya dalam kegiatan yang dilakukan
sehingga tujuan dapat dicapai dengan maksimal.
Komentar
Posting Komentar